Kamis, 29 Desember 2011

Puisi: Tak bisa tinggal diam

Tak bisa tinggal diam
Muhammad Rifki

Sebagaian darimu sedang meramalkan esok hari
Menyimpulkan dunia perlawanan
Sama seperti panggung penuh cerita
Benih penjilat yang beradu dengan bunga kritis

Satu lagi dari kaum kalian
Duduk termenung menimang angan
Memainkan kerumunan asap yang menyatu
Mencandu kekosongan hidup
Diantara lilitan ekonomi

Wahai kesadaran, inilah kami bersatu dalam jutaan perbedaan
Meracik isu dikala kalian terlelap
Hingga jiwa melepuh terbakar emosi

Kami buta, tak mampu membaca realita
Jaman berhasil mencetak jiwa praktis
Semangatmu masih sekuat palu
Kritikmu bagai mata pisau

Jangan hanya sambut genangan darah kami dengan air mata
Esok, kami adalah nisan yang membuat perlawanan menjadi abadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ich, mein bruder, meine schwester, und mein vetter

Ich, mein bruder, meine schwester, und mein vetter

Google